Sebenarnya apa salahku kepadamu
Mengapa kau terus kirimkan bayang wajahmu
Apakah kau ingin membunuhku??
Tolong pergilah...
Suruh bayang wajahmu menghilang
Apa kau menginginkan nyawaku hilang??
Aku menyerah....
Aku menyerah....
Tolong cepatlah pergi dari ingatanku
Harus dengan apa aku mengusirmu
puisi-puisiku tak berarti apa-apa
lagu-laguku bahkan semakin menyiksaku
Apa sebenarnya salahku?
Tolong katakan apa salahku?
Apa aku terlalu mencintaimu..
Apa aku terlalu menginginkanmu..
Apa aku terlalu memikirkanmu...
Yang benar yang mana??
Apa salahku....
by : Lelaki Pendayu
Karanganyar,25/03/2011
Masa suram perlahan berkelebat.
Masuk pada celah-celah ingatanku.
Ketika hidupku tengah bermain dengan ke-maksiat-an.
Berputar-putar dalam lingkaran Iblis.
Kini kutertatih mencari per-tobat-an.
Karena kumulai sadar.
Diriku salah memilih Tuhan.
Allah, …..
Allahuakbar, ….
Engkau Maha Besar, ….
Engkaulah Tuhanku sebenarnya.
Langkahku terhenti di pintu Surau-Mu.
Ketika kudengar suara merdu Muadzin.
Melantunkan adzan dengan penuh ke-hamba-an.
Memuja-Mu, menyerukan panggilan-Mu.
Aku masih tertegun di pintu Surau.
Meratapi sebuah ke-syirik-an.
Rintih tangisku perlahan melebur senja.
Berharap juga melebur dosa-dosaku.
Tuhan, ampuni segala dosa dan khilafku.
Akan kurangkai kembali jejak Asma-Mu.
Dan sujud ini kupersembahkan untuk-Mu.
Semoga Engkau masih mau menerimanya.
Tentang Pengarang :
Balya. Nama pena yang sering digunakannya adalah Yekaputra. 18 November 1989 adalah kelahirannya. Bertempat tinggal di Jl. Raya Kranji – Kedungwuni Timur No.02 Rt. 01/09 Kedungwuni Pekalongan. Sekarang masih berstatus sebagai Mahasiswa di Politeknik Muhammadiyah Pekalongan, Jurusan Manajemen Informatika. Lebih tertarik dengan Cerpen dan Puisi.
Puisi ini diikutkan dalam lomba cipta puisi KPS “Waktu, usia dan perjalanan hidup manusia”, info dan ketentuan lomba klik disini http://www.pena-santri.blogspot.com
Anehnya bapak saya yang tidur dekat dengan pintu tak mendengarnya. Barangkali beliau sudah termakan kantuk sejak tadi, sedangkan kantuk belum menyerang saya. Saya sering sekali susah tidur apalagi sudah melewati jam 2 malam, Mata saya malah semakin melongo. Entah apa yang terjadi dengan saya, apa gara-gara seringnya nonton TV sampai larut. Saya sudah menyerah untuk mencoba memejamkan mata untuk berangsur tidur. Tapi yang ada, rekaman suara "DIK" selalu saja tereplay dalam benak saya.
Masih dalam benaman sarung, tangan saya mulai mencari-cari Hp yang tadi sempat saya taruh di samping kiri saya. Agak sedikit lama untuk mencarinya, karena saya harus mencarinya dengan mata tertutup sarung. Apalagi lampu rumah sudah dimatikan sejak tadi. Tak berapa lama Hp saya pegang, lalu Hp itu ikut saya benamkan juga dalam sarung. Saya mulai mengaktifkan kuncinya, kemudian saya mulai masuk ke daftar lagu-lagu yang kemarin saya download di warnet. Lagu Rindu Yang Terlarang yang versi MAHKOTA BAND menjadi pilihan pertama saya untuk mendengarkannya. Volume saya kecilkan hingga mentok paling kecil. Saya atur repeat dan kemudian mencoba untuk memejamkan mata kembali. Melupakan suara yang mirip panggilan "DIK" itu
Kiranya panggilan "DIK" dari suara yang entah itu suara siapa, ditujukan kepada saya ataukah suara yang saya kira panggilan "DIK" itu adalah suara jambu air di depan rumah saya yang jatuh karena angin sehingga menimbulkan suara "DIK" yang membuat saya takut.....,
30/10/10
Telah sekian lama berselam
Semenjak kita terpisah hati
Aku tak pernah melihatmu
Pun tak pernah mencoba mengingatmu
Walau terkadang bayangmu sempat mampir
Pada celah-celah kesepian
Namun,......
Kini bayangmu menjelma raga
Mengajakku bercerita tentang suatu hari
Ketika cinta masih merundung kita
Kini, rasa itu hilang entah ke mana?
Tepat beranjak usiamu
Saat itulah cinta ku titipkan
Meski kau tak pernah menikmatinya
Paling tidak, kau rela menyimpannya
Masih ingatkah kau?
Pada sebuah kalung berbandul bidadari
Yang dulu pernah aku kalungkan di lehermu
Ketika malam semakin gelap,
Masihkah terkalung dilehermu??
Kini ragamu benar-benar nyata
Bersandar pada sebuah dinding
Dapat aku melihatnya
Namun aku tak coba lebih dekat
Karena aku tahu
Amarah masih tersimpan di hatimu
Hanya sebuah kalung berbandul bidadarilah
Yang masih mengingatkanku akan dirimu
Serta ketika malam mulai gelap
Saat kalung berbandul bidadari
Pertama kali melingkar di lehermu
Tapi, masihkah terkalung di lehermu?
Ataukah hilang bersama cintamu
19/08/2010; 00:33