Dengan sedikit bersilat lidah kau mampu taklukkan aku
Mantramu sungguh kuat seperti penyihir kelas atas
Bahkan topeng yang kau pakaipun terlalu pas untuk ukuran wajahmu
Sehingga keriput wajahmu pun terselimuti
Dengan bahasa tubuhmu kau mampu bangkitkan birahiku
Pamerkan pahamu yang putih dan mulus, kurasa
Bahkan tanganmu kau biarkan telanjang sampai ketiak
Hanya separuh tubuhmu tertutupi kain serba mahal
Dalam sebuah malam ragaku kau ikat
Duduk bersanding diatas batu berduri
Seketika kau hentikan arus darahku
Terdiam dan tak dapat tergerak
Senyum tipis mengembang menjelma lesung
Terlukis diantara pipimu
Kau telah berhasil mencuri kecupan dariku
Meninggalkan bekas bibirmu di bibirku
Kau jalankan lagi darahku
Kembali kau ikat dengan lingkaran tanganmu
Bahkan dekapanku pun kau curi
Senyum tipis kembali mengembang menjelma lesung
Bulan sedikit pucat malam ini
Penanda kemurungan telah bersemayam
Langit mendung mengantarkan kepergianmu
Dengan langkah kaki seribu
Dan hujan akhirnya menghapus jejakmu
Perempuan pencuri kecupan
Tak lagi terlihat
Bahkan sang petirpun terkelabuhi
Dimalam yang lain
Tampak perempuan berkain separuh
Dengan paha putih dan tangan telanjang
Duduk di batu berduri
Oh, tidak ......
Dia akan mencuri kecupan lagi..
01/08/2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Jejak